Senin, 27 Januari 2014

MENGHORMATI ILMU DAN AHLI NYA



                                                   Menghormati ilmu dan ahlinya

                Ketahuilah wahai para pencari ilmu, kalian tidaklah akan memperoleh ilmu dan juga tidak akan memetik kemanfaat ilmu selain dengan menghormati, menghargai ilmu itu sendiri dan juga ahlinya, ( yakni para ulama), menghormati guru dan memuliakannya .1

                Dari segi akal, jelaslah bahwa ilmu itu sesuatu yang bersifat mulia, karena dengan ilmu manusia akan sampai kepada Alloh swt dan menjadi dekat dengan-Nya2. Ilmu juga merupakan suatu hal yang bersifat urgensi dalam kehidupan manusia. Ilmu adalah cahaya. Ilmu adalah penghibur di kala waktu sepi, teman di waktu menyendiri dan petunjuk di kala senang dan susah. Ia adalah pembantu dan teman yang baik dan penerang jalan kesurga. Sebab dengan ilmu pula mampu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta menguatkan badan yang lemah. Dengannya seorang hamba akan mampu mencapai kedudukan orang yang sholeh serta memperoleh derajat yang tinggi. Dan juga memperoleh kebahagian yang abadi dan kenikmatan yang kekal, serta menimbulkan kemuliaan di dunia dan akhirat 3.

Dikatakan dalam sebuah kata mutiara:

” tiada keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu, kecuali dengan menghormatinya. Dan tiada suatu kegagalan menghampiri seseorang selain karena tidak menghormatinya ”.
Meghormati, memang salah satu kunci kesuksesan, terlebih bagi seorang pencari ilmu. Dalam proses perjalan menuntut ilmu seorang penuntut ilmu tidak bisa terlepas dari sifat menghormati ilmu dan juga ahlinya. Mereka hendaknya membiasakan menghiasi diri dengan selalu bersikap menghormati, memulyakan ilmu. Hal ini sudah menjadi keharusan bahkan kewajiban, karena dengan hal itulah seseorang dapat memperoleh ilmu dan juga buah kemanfaatnya.

Disamping seorang penunutut ilmu dituntut untuk menghormati ilmu, mereka juga berkewajiban untuk menghormati ahli ilmu yaitu menghormati para alim ulama. Sebagaimana firman Alloh swt.

“ ..... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”( QS. Al-mujadilah: 11) Ibnu abbas ra. Berkata bahwa para ulama mempunyai derajat-derajat di atas orang-orang mukmin sebanyak 700 derajat, jarak antara kedua derajat adalah perjalan 500 tahun1.

Karena dengan hal itu seorang pencari ilmu akan mampu memperoleh keridloan dari sang guru. Ketika seorang guru telah bersikap ikhlas dan ridlo terhadap muridnya- para penuntut ilmu-, maka hal ini akan menjadi suatu lantaran atau washilah akan masuknya ilmu terhadap murid-muridnya.

Namun sebaliknya, sebagai mana dikatan oleh Syekh Zarnuji sebaliknya dalam muqodimah kitabnya2 bahwa banyak penuntut ilmu di saat ini, yang mana mereka tekun belajar tetapi tidak berhasil memperoleh manfaat dan buahnya – yaitu mengaplikasikan ilmu dan pengembangannya -, karena mereka salah jalan dan mengabaikan persyaratan, padahal sudah barang tentu ketika seseorang salah jalan maka akan tersesat dan gagal dalam mencapai tujuannya.



Sebagaimana perkataan di atas, bahwa